KISAH DARI TAJUR


Awal

Kisah dari Tajur merupakan catatan-catatan yang saya tuliskan dari Tajur, kediamanku saat ini. Semoga memberi inspirasi.

Saya mulai menempati rumah di Tajur awal epidemi virus Corona masuk Indonesia.

Sudah lama saya tidak migrasi, ada 12 tahun mendiami Apartemen Bandar Kemayoran sebelum pindah ke rumah BTN di Tajur Bogor, dari sebelum menikah, menikah lalu punya anak.

Banyak kenangan dan faktor terlanjur nyaman membuat tak mudah memutuskan pindah, terutama istri saya.

Malam itu, saking lelahnya mengurus perpindahan, saya berkata pada istri saya, “kelak kalau rumah di Bogor dijual , barang-barang ga usah dibawa, ini terakhir kita pindahan seperti ini.”

Keesokannya, setelah berpeluh menggotong perabot rumah tangga seperti sofa, mesin cuci, lemari de el el ke truk besar, kami tancap gas ke Bogor. Sambil memantau truk yang membawa barang yang mengekor dari belakang, saya membesarkan hati istri saya, ini adalah pilihan terbaik.

Istri saya pencinta tempat penuh keramaian, katanya berasa ada kehidupan. Sedangkan saya pencinta tempat penuh kedamaian, yang menurut istri saya, tempat yang tak ada kehidupan, hehehe. Padahal cuma beda ‘r’ dan ‘d’

Jadi, istri memerlukan penyesuaian ekstra. Terlebih di tempat baru ini belum ada jaringan internet, yang untuk jaman sekarang tanpa internet serasa berdiam di ujung berun.

Jaringan seluler? terbatas, hanya Indosat yang sinyalnya stabil dengan catatan kalau tak ada hujan. Kalau hujan… bye bye.

Ya, segala sesuatu akan selalu berubah. Tak mudah meninggalkan zona nyaman untuk menata dari awal. Epidemi corona mampu menghancurkan segalanya, memang kami tak terjangkit virus itu, tapi virus itu mampu mematikan ekonomi banyak orang, termasuk kami yang akhirnya memilih menjual Apartemen untuk bertahan hidup, karena hutang sudah menumpuk.

Hidup adalah pilihan. Sering kali kita tak diminta memilih, tapi dipaksa. Mau bertahan atau mati? Jika ingin bertahan, tak ada jalan lain, berpikir lagi, berjuang lagi.

Inilah perjuangan kami.

Tajur, Bogor 211221

Diterbitkan oleh harpin

sEORANG pengembara, jauh dari rumah. Terus melangkah menyusul senja tiba, apalagi ya? hehe

Tinggalkan komentar